1. Peradaban Lembah
Sungai Indus di India
a. Letak Geografis
Sungai
Indus atau dapat disebut Sungai Sindhu terletak di wilayah Pakistan. Sungai
Indus memiliki banyak anak sungai yang
berasal dari wilayah Punjab di Pakistan Utara. Punjab artinya daerah aliran lima
sungai. Sungai Indus mengalir melalui Pakistan dan menyebabkan tanah di negeri
itu menjadi subur. Sungai tersebut bermuara di Laut Arab. Penduduk asli yang
berada di Lembah Sungai Shindu adalah bangsa Dravida,
diperkirakan telah mendiaminya sejak 3000 SM. Bangsa ini meninggalkan sisa-sisa
peradabannya di Mahenjo Daro dan Harappa.
b. Sistem Pemerintahan
a. Candragupta Maurya
Setelah
berhasil menguasai Persia, Pasukan Iskandar Zulkarnaen melanjutkan ekspansi dan
menduduki India tahun 327 SM melalui celah Kaiber di pegunungan Himalaya.
Pendudukan yang dilakukan oleh pasukan Iskandar Zulkarnaen hanya sampai di
daerah Punjab. Namun kekuasaan itu tidak berlangsung lama, karena pada tahun
324 SM muncul gerakan di bawah Candragupta. Setelah Iskandar Zulkarnaen meninggal
pada tahun 323 SM pasukannya berhasil diusir dari daerah Punjab dan selanjutnya
berdirilah Kerajaan Maurya yang beribu kota Pattaliputra.
Candragupta
Maurya menjadi raja pertama Kerajaan Maurya. Pada masa pemerintahannya, daerah
kekuasaan Kerajaan Maurya diperluas ke arah timur, sehingga sebagian besar
daerah India bagian utara menjadi bagian dari kekuasaanya. Dalaam waktu
singkat, wilayah Kerajaan Maurya sudah mencapai daerah yang sangat luaas, yaitu
daerah Kashmir di sebelah barat dan Lembah Sungai Gangga di sebelah timur.
b.
Ashoka
Pada masa
pemerintah Ashoka (268-232 SM) cucu Candragupta Maurya, Kerajaan Maurya
mengalami masa yang gemilang. Kalingga dan Dekkan berhasil dikuasai. Namun,
setelah ia menyaksikan korban bencana perang yang maha dasyat di Kalingga,
timbul penyesalan. Sejak saat itu, ia tidak lagi melakukan peperangan, bahkan
ia mencita-citakan perdamaian dan kebahagiaan umat manusia.
Mula-mula
Ashoka beragama Hindu, tetapi kemudian menjadi pengikut agama Budha. Sejak saat
itu Ashoka menjadikan agama Budha sebagai agama resmi negara.
Setelah
Ashoka meninggal, erajannya terpecah belah menjadi kerajaan kecil. Peperangan
sering terjadi dan baru pada abad ke-4 M muncul seorang raja yang berhasil
mempersatukan keraajaan yang terpecah belah itu. Maka berdiri Kerajaan Gupta
dengan Candragupta I sebagai rajanya.
Berdasarkan penelitian
para ahli terhadap kota Mahenjo-Daro dan Harrapa, didapat suatu gambaran bahwa
pembangunan kedua kota tersebut telah didasarkan atas suatu tempat perencanaan
tata kota yang pasti dan teratur baik. Jalan-jalan di dalam kota sudah teratur
dan lurus-lurus dengan lebarnya mencapai sekitar 10 meter dan di sebelah
kanan-kiri jalan terdapat trotoar dengan lebar setengah meter. Gedung-gedung
dan rumah tinggal serta pertokoan dibangun secara teratur dan berdiri kokoh.
Gedung-gedung, rumah tinggal dan pertokoan tersebut sudah terbuat dari batu
bata lumpur.
Wilayah kota
dibagi atas bebrapa bagian atau blok. Masing-masing bagian atau blok berbentuk
bujur sangkar atau empat persegi panjang. Tiap-tiap blok dibagi oleh
lorong-lorong yang satu sama lainnya saling berpotongan. Pada tempat-tempat
itulah penduduk membangun rumah tempat tinggal . Dan juga dibangun gedung-gedung
untuk menjalankan tempat pemerintahan.
Lorong-lorong dan
jalan-jalan dilengkapi dengan saluran air, sebagai tempat menyalurkan air dari
rumah tangga ke sungai. Saluran-saluran itu dijaga dengan baik kebersihannya
sehingga masih dapat berfungsi dengan baik.
c.
Sanitasi
(Kesehatan)
Masyarakat
yang bertempat tinggal di kota Mahenjo-Daro dan telah memikirkan
masalah-masalah sanitasi dan kesehatan. Hal ini terlihat dari teknik-teknik
atau cara-cara pembangunan rumah yang telah memperhatikan factor-faktor
kesehatan dan kebersihan lingkungan. Kamar-kamar dilengkapi dengan jendela-jendela
yang lebar dan berhubungan langsung dengan udara bebas, sehingga perputaran dan
pergantian udara cukup lancar. Di samping itu saluran pembuangan limbah dari
kamar mandi dan jamban yang ada di dalam rumah dihubungkan langsung dengan
jaringan saluran umum yang dibangun dan mengalir di bawah jalan, di mana pada
setiap lorong terdapat saluran air yang mengarah ke sungai.
d.
Sistem
Pertanian dan Pengairan
Daerah-daerah yang
berada di sepanjang lembah sungai Indus merupakan daerah-daerah yang subur.
Kesuburan ini disebabkan karena Sungai Indus yang setiap saat banjir dan
meninggalkan lumpur-lumpur pada daerah-daerah yang digenangi banjir itu. Di
sepanjang lembah Sungai Indus itu, masyarakat mengusahakan pertanian, sehingga
pertanian menjadi mata pencaharian utama masyarakat India. Pada perkembangan
selanjurnya, masyarakat telah berhasil menyalurkan air yang mengalir di lembah
sungai Indus sampai jauh ke pedalaman. Usaha ini dilakukan dengan membuat
saluran-saluran irigasi dan mulai membangun daerah pertanian di wilayah
pendalaman.
Pembuatan saluran
irigasi dan pembangunan daerah-daerah pertanian menunjukkan bahwa masyarakat
lembah Sungai Indus telah memiiki tingkat peradaban yang tinggi. Hasil-hasil
pertanian yang utama adalah padi, gandum, gula, jelai kapas dan teh.
e.
Teknologi
Masyarakat lembah
Sungai Indus sudah memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Mereka telah mampu
membuat barang-barang yang terbuat dari emas dan perak, alat-alat rumah tangga,
alat-alat pertanian, kain dari kaps, serta bangunan-bangunan. Kemampuan ini
dapat diketahui melalui peninggalan-peninggalan budaya yang ditemukan, seperti
bangunan kota Mahenjo-Daro dan Harrapa, berbagai macam patung, perhiasan emas
perak, dan berbagai macam materai dengan lukisan yang bermutu tinggi.
Juga ditemukan alat-alat
peperangan seperti tombak, pedang, dan anak panah. Di samping itu ditemukan
juga alat-alat peninggalan budaya berupa barang-barang dari tanah liat,
terutama peralatan rumah tangga.
f.
Sistem
Ekonomi
Masyarakat
lembah Sungai Indus sudah mengadakan hubungan dagaang dengan bangsa Sumeria di
Mesopotamia dan bangsa-bangsa dari negeri-negeri lainnya. Hal itu dapat
dibuktikan dengan penemuan benda-benda dari lembah Sungai Indus di Sumeria.
Kota
Sutgagedon memainkan peranan penting dalam perdagangan antara masyarakat lembah
Sungai Indus dan bangsa Sumeria. Kota Sutkagedon merupakan kota perbatasan yang
terletak di Balukhistan. Perdagangan Sumeria melalui Sukatgedon dapat
dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, dengan jalan laut dapat dibuktikan
melalui sebuah material dan pecahan benda-benda yang memuat gambar sebuah
perahu. Kedua, dengan jalan darat dapat dilaksanakan baik dengan menggunakan
kuda maupun onta. Hal ini dapat dibuktikan ditemukannya terracotta (terracotta=
tanaah liat yang dibakar).
g.
Sistem
Kepercayaan
Masyarakat
lembah Sungai Indus memuja kepada banyak dewa (politheisme). Dewa utama yang
dipujanya adalah dewa berkepala tiga, bertanduk besar, walaupun masih berupa
dugaan, stempel yang menggambarkan dewa ini banyak dijumpai. Selain itu,
masyarakatnya mengenal Dewi Ibu yang dipuja sebagai lambang Dewi kesuburan.
Selain itu masyarakat Lembah Sungai Indus juga menyembah binatang-binatang
seperti buaya, gajah, dan lain-lain, serta menyembah pohon seperti pohon
beringin. Pemujaan yang dimaksudkan sebagai tanda terima kasih atas kenikmatan
hidup, berupa kesejahteraan dan kedamaian.
h. Sistem Kebudayaan
Peradaban
Lembah Sungai Indus ditemukan di dua tempat, yakni Harrapa (daerah hulu
Punjab) dan Mahenjo Daro di daerah hilir sungai
Indus. Dari penemuan-penemuan yang diperoleh dapatlah diketahui bahwa peradaban
Lembah Sungai Indus telah tinggi. Beberapa penemuan hasil peradaban daerah
tersebut adalah:
1.
Kota Harappa dan Mahenjo Daro
Kota
Harappa dan Mahenjo Daro merupakan kota kuno daerah Pakistan yang dibangun
berdasarkan tata kota yang baik. Jalan-jalan di kedua kota tersebut dibuat
lurus. Pembangunan kota juga memperhatikan arah angin muson (Barat Daya - Timur
Laut), sehingga arus angin dalam kota lancar. Di kanan kiri jalan dibangun
saluran air dalam tanah untuk menampung air dari rumah-rumah.
2.
Benda-Benda Purba
Benda-benda
purba yang merupakan lempeng-lempeng tanah (terra cotta) berbentuk segi empat
dan bergambarkan binatang seperti gajah, harimau, sapi, badak atau
pohon-pohonan seperti beringin. Di bawahnya terdapat tulisan yang belum terbaca
betul maksudnya, tetapi diperkirakan bahwa antara tulisan dan gambar ada
hubungannya. Huruf-huruf itu disebut pietograph yang berarti tulisan gambar.
Lempeng-lempeng tanah tersebut menunjukkan adanya kepercayaan menyembah binatang
atau pohon-pohon dan benda-benda yang merupakan jimat.
3.
Bangunan
umum
Bangunan
umum dalam kota diantaranya pasar yang menunjukkan bahwa perdagangan di kedua
kota tersebut telah lancar, tempat pemujaan dewa atau kuil, dan bangunan
lainnya diperkirakan berupa istana. Bangunan-bangunan tersebut terbuat dari
batu bata. Rumah penduduk berhadapan di kanan kiri jalan.
Peninggalan
lain yang ditemukan berupa tembikar yang berbentuk periuk belanga, semacam
piring dan cangkir dalam berbagai macam bentuk dan ukuran. Alat-alat pertanian
yang ditemukan berupa cangkul dan kapak. Sedangkan, alat-alat perhiasan berupa
kalung, gelang, ikat pinggang yang dibuat dari tembaga atau emas. Dari temuan
yang ada dapat diketahui bahwa penduduk telah mengenal kebudayaan batu dan logam.
i. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penggalian yang
dilakukan oleh RD Bannerji dan Sir Jhon Marshall tahun 1922 di
kota Mohenjodaro dan Harappa ditemukan antara lain:
1.
Dua buah patung yang coraknya
berbeda yaitu:
· Patung laki-laki sebatas dada ·
Patung seorang penari
2.
Terdapat bekas bangunan rumah
bertingkat yang sudah beberapa kali mengalami kehancuran (6 – 7 lapis)
3.
Ditemukan meterai yang berfungsi sebagai
hiasan keagamaan dan dianggap mempunyai kesaktian
4.
Ditemukan patung Dewi Ibu/Dewi
Kesuburan
5.
Bangsa yang mendiami daerah tersebut
adalah suku DRAVIDA yang pada tahun 1500 SM diserbu oleh suku bangsa ARYA (Indo
Jerman) sehingga suku asli terdesak ke Selatan yaitu dataran tinggi Dekhan
6.
Mengenal ajaran Karma Samsara.
2. Peradaban Lembah
Sungai Gangga di India
a.
Letak geografis
Lembah Sungai Gangga terletak
antara Pegunungan Himalaya dan Pegunungan Windya-Kedna. Sungai itu bermata air
di Pegunungan Himalaya dan mengalir melalui kota-kota besar seperti Delhi,
Agra, Allahabad, Patna, Benares, melalui wilayah Bangladesh dan beruaram di
teluk Benggala. Sungai Gangga bertemu dengan sungai Kwen Lun. Dengan keadaan
alam seperti ini tidak heran bila Lembah Sungai Gangga sangat subur.
Pendukung peradaban Lembah
Sungai Gangga adalah bangsa Aria yang termasuk bangsa Indo German. Mereka
datang dari daerah Kaukasus dan menyebar ke arah timur. Bangsa Aria memasuki
wilayah India antara tahun 2000-1500 SM, melalui celah Kaiber di pegunungan
Himalaya. Mereka berkulit putih, berbadan tinggi, dan berhidung mancung. Mereka
adalah bangsa peternak dengan kehidupannya terus mengembara. Tetapi setelah berhasil
mengalahkan bangsa Dravida di Lembah Sungai Shindu dan menguasai daerah yang
subur, mereka akhirnya bercocok tanam dan hidup menetap. Selanjutnya mereka
menduduki Lembah Sungai Gangga dan terus mengembangkan kebudayaannya.
b.
Sistem Pemerintahan
Perkembangan
sistem pemerintahan di Lembah Sungai Gangga merupakan kelanjutan sistem
pemerintahan masyarakat di daerah Lembah Sungai Indus. Runtuhnya Kerajaan
Maurya menjadikan keadaan kerajaan menjadi kacau dikarenakan peperangan antara
kerajaan-kerajaan kecil yang ingin berkuasa. Keadaan yang kacau, mulai aman
kembali setelah munculnya kerajaan-kerajaan baru. Kerajaan-kerajaan tersebut di
antaranya Kerajaan Gupta dan Kerajaan Harsha.
a.
Kerajaan Gupta
Pendiri
Kerajaan Gupta adalah Raja Candragupta I dengan pusatnya di Lembah Sungai
Gangga. Pada masa pemerintahan Raja Candragupta I, agama Hindu dijadikan agama
negara, namun agama Buddha masih tetap dapat berkembang.
Masa kejayaan
Kerajaan Gupta terjadi pada masa pemerintahan Samudragupta
(Cucu
Candragupta 1). Pada masa pemerintahannya Lembah Sungai Gangga dan Lembah
Sungai Indus berhasil dikuasainya dan Kota Ayodhia ditetapkan sebagai ibukota
kerajaan.
Pengganti Raja
Samudragupta adalah Candragupta II, yang dikenal sebagai Wikramaditiya. Ia juga bergama Hindu, namun tidak memandang rendah dan
mempersulit perkembangan agama Budha. Bahkan pada masa pemerintahannya berdiri
perguruan tinggi agama Buddha di Nalanda. Di bawah pemerintahan Candragupta II
kehidupan rakyat semakin makmur dan sejahtera.. Kesusastraan mengalami masa
gemilang. Pujangga yang terkenal pada masa ini adalah pujangga Kalidasa dengan karangannya berjudul "Syakuntala". Perkembangan seni
patung mencapai kemajuan yang juga pesat. Hal ini terlihat dari pahatan-pahatan
dan patung-patung terkenal menghiasi kuil-kuil di Syanta.
Dalam-perkembangannya
Kerajaan Gupta mengalami kemunduran setelah meninggalnya Raja Candragupta II.
India mengalami masa kegelapan selama kurang lebih dua abad.
b.
Kerajaan Harsha
Setelah
mengalami masa kegelapan, baru pada abad ke-7 M muncul Kerajaan Harsha dengan
rajanya Harshawardana. Ibu kota Kerajaan Harsha adalah Kanay. Harshawardana merupakan seorang pujangga besar. Pada masa
pemerintahannya kesusastraan dan pendidikan berkembang dan pesat. Salah satu
pujangga yang terkenal pada masa kerajaan Harshawardana adalah pujangga Bana
dengan karyanya berjudul "Harshacarita".
Raja Harsha
pada awalnya memeluk agama Hindu, tetapi kemudian memeluk agama Buddha. Di tepi
Sungai Gangga banyak dibangun wihara dan stupa, serta dibangun tempattempat
penginapan dan fasilitas kesehatan. Candi-candi yang rusak diperbaiki dan
membangun candi-candi baru. Setelah masa pemerintahan Raja Harshawardana hingga
abad ke-1 1 M tidak pernah diketahui adanya raja-raja yang pernah berkuasa di
Harsha.
c.
Sistem Ekonomi
Setelah
Peradaban Lembah Sungai Indus lalu lahirlah peradaban lembah Sungai Gangga
sehingga system pemerintahan dari sungai Gangga pun sama dengan system
pemerintahan dari Sungai Indus.
d.
Sistem Kebudayaan
Di Lembah
Sungai Gangga inilah kebudayaan Hindu berkembang, baik di wilayah India maupun
di luar India. Masyarakat Hindu memuja banyak dewa (Politeisme). Dewa-dewa
tersebut, antara lain, Dewa Bayu (Dewa Angin), Dewa Baruna (Dewa Laut), Dewa
Agni (Dewa Api), dan lain sebagainya. Dalam agama Hindu dikenal dengan sistem
kasta, yaitu pembagian kelas sosial berdasarkan warna dan kewajiban sosial.
Dalam perkembangan selanjutnya, sistem kasta inilah yang menyebabkan munculnya
agama Buddha. Hal ini dipelopori oleh Sidharta Gautama.
Agama Buddha
mulai menyebar ke masyarakat India setelah Sidharta Gautama mencapai tahap
menjadi Sang Buddha. Agama Buddha terbagi menjadi dua aliran, yaitu Buddha
Mahayana dan Buddha Hinayana. Peradaban Sungai Gangga meninggalkan beberapa
bentuk kebudayaan yang tinggi seperti kesusastraan, seni pahat, dan seni
patung. Peradaban dari lembah sungai ini kemudian menyebar ke daerah-daerah
lain di Asia termasuk di Indonesia.
e.
Kesimpulan
Peradaban Sungai Gangga melahirkan
kebudayaan Hindu dan Budha. Sehingga pengaruhnya bagi Indonesia adalah
tersebarnya agama Hindu di Indonesia. Dan diikuti persebaran agama Budha.
DAFTAR PUSAKA
Buku
Sejarah SMA kelas 10, Kurikulum 2004, I Wayan Badrika, Penerbit Erlangga.
Buku
Sejarah SMA kelas 10, Dwi Ari Listiyani, BSE.