Selasa, 18 Desember 2012
Hanya sepi yang dapat beriringan datang bersama sepinya
handphone yang sedari tadi ku genggam ini. Tak ada pesan bahkan telepon yang ku
dapat sejak 9 jam yang lalu. Meminta tak pantas memohonpun untuk apa ?? hanya
ada satu pertanyaan nanti jika itu terjadi. Kamu siapaku?? Tentunya bukan
seseorang yang berhak meminta sesuatu yang lebih darimu. Puncak dari sakitnya
hubungan seperti ini baru ku rasakan setelah 6 hari ku menjalaninya. Ingin
marah tapi buat apa ? Ingin sedih juga percuma. Yahh hanya dongkol dan mangkel
sendiri yang bergelut bersama memenuhi perasaan. Untuk awalnya memang sulit ku
menerima keputusanmu. Berat pula ku merubah kebiasaan-kebiasaan yang dulu selalu kita
lakukan. Tetapi demi kamu aku rela merubah semua. Demi kamu. Demi kamu. Dan
demi kamu. Aku bingung bagaimana harus membunuh kesepian yang selalu
menggelayuti kalbuku. Yang bisa kulakukan hanya bergelut dengan dunia maya yang
tak bisa menutupi ubang besar dalam hati ini.
Mungkin untuk sebagian orang menjalani hubungan seperti sangat
menguntungkan karena untuk orang-orang itu ikatan hanya akan membuat musnahnya
kebebasan. Dahulupun aku sempat berpikiran seperti itu. Namun teori itu berubah
total saat aku merasakannya sendiri. Sakit yang terasa lebih dominan dari
kebebasan yang di bilang menyenangkan itu.
Mungkin pula sampai keputusan itu kau bulatkan aku telah
menjadi seorang pacar yang terlalu gila perhatian. Tapi tak tahukah kau siapa
yang telah membuat aku seperti itu ?? ya kamu kamu kamu kamu. Kamu yang telah
membuatku terbiasa seperti itu. Saat itu aku seperti ikan yang tiba-tiba di lempar
ke tengah lapangan yang tandus. Tentunya tak mungkin semudah itu aku
menyesuaikan dengan keadaanmu. Tentunya aku butuh waktu untuk memahaminya.
Ya sudahlah mungkin ini memang jalan terbaik yang bisa membuatmu
merasa lebih baik dalam menjalankan hidup. Dan untukmu aku tetap menunggumu
kembali.
0 komentar:
Posting Komentar